Kalium dikromat merupakan zat berkristal jingga kemerahan, mempunyai titik leleh 397 oC,
kelarutan dalam air 5 g/100 mL pada 0 oC, dan 102 g/100 mL pada 100 oC.
Pembentukan kalium dikromat
berdasarkan reaksi oksidasi yang terjadi antara kromium (III) oksida dan kalium
hidroksida. Kalium
Dikhromat (K2Cr2O7) bukanlah zat pengoksidasi yang begitu kuat seperti Kalium
Permanganat (KMnO4), tetapi ia mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat diperoleh
murni, stabil sampai titik leburnya dan karenanya merupakan suatu standar
primer yang sangat baik. Larutan standar dengan kekuatan yang diketahui tepat
dapat disiapkan dengan menimbang garam keringnya yang murni dan kelarutannya
dalam volum air yang sesuai. Lebih jauh larutannya dalam air adalah stabil
tanpa batas waktu jika dilindungi dengan memadai terhadap penguapan. Kalium
Dikhromat (K2Cr2O7) digunakan hanya dalam larutan asam, dan direduksi dengan
cepat pada temperatur biasa menjadi garam Kromium (III) yang hijau. Ia tak
direduksi oleh Asam Klorida (HCl) dingin, asalkan konsentrasi asam itu tak
melampaui 1 atau 2 Molar.
Larutan-larutan
Dikhromat juga kurang mudah direduksi oleh beban organik dibanding
larutan-larutan Permanganat dan juga stabil terhadap cahaya. Karena itu, Kalium
Dikhromat berharga khusus dalam penetapan besi dalam bijih besi: Bijih besi itu
biasanya dilarutkan dalam Asam Klorida, Besi (III) direduksi menjadi Besi (II),
dan dititrasi dengan larutan Dikhromat standar.
MANFAAT KALIUM DIKROMAT
Manfaat Kalium dikromat adalah untuk penentuan Fe2+, ion klorida
dalam jumlah sedang tidak mempengaruhi titrasi ini. Penggunaan lain
merupakan cara umum untuk penentuan oksidator yang diberi larutan baku Fe2+
berlebih, disusun dengan titrasi kembali kelebihan Fe2+ itu, cara
ini digunakan dengan hasil baik untuk antara lain nitrat, klorat, permanganat, dikromat
dan peroksida organik (Harjadi, 1993).
Kristal mutu komersial biasa atau mutu bahan baku dapat dipakai untuk banyak
keperluan, perlakuan sebelumnya hanya mencakup pengeringan pada 105o
– 200oC. Bila dikehendaki ketelitian lebih tinggi, bahan dapat
dikristal ulang 2-3 kali dari larutan air biasa dan sudah menjamin dengan hasil
mutu tinggi. Warna Cr2O72- jingga tetapi
tidak cukup digunakan sebagai petunjuk titik akhir titrasi. Diperlukan
indikator luar, suatu indikator redoks, yaitu suatu zat yang dapat
dioksidasi/direduksi dan warna sebagi akibat reaksi tersebut. Dengan
perkataan lain, bentuk oksidator redoks berbeda warna. Auantuk titrasi Fe2+
dengan Cr2O72- dipakai indikator asam
difenilamin sulfonat. Perubahan warnanya ialah dari hijau (ion Cr3+)
menjadi violetnya indikator yang teroksidasi (Harjadi, 1993).
Kalium dikromat adalah
suatu senyawa yang mempunyai kegunaan luas bagi kehidupan kita sekarang ini.
Contoh dari penggunaaan kalium
dikromat yang umum kita jumpai yaitu pada industri penyamakan kulit,
bahan celup untuk lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography,
warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak
kelapa, jalan, spon, dan untuk baterai serta depolarisator pada sel kering.
Namun
dibalik itu semua kalium dikromat
juga mempunyai pengaruh negatif terutama bagi internal tubuh manusia. Pengaruh
negatif itu diantaranya yaitu merupakan bahan racun, untuk orang yang bekerja
diindustri dapat menyebabkan nanah, koreng pada tangan, merusak atau
menghancurkan selaput lendir dan sekat pada lubang hidung (Budavari, 1984).
Penggunaan
lain dari kalium dikromat
antara lain penyamakan pada kulit, bahan celup pada lukisan, hiasan pada
porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan
pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, lajan, spon, dan untuk baterai,
serta depolarisator pada sel kering (Budavari, 1984).
PEMBUATAN
KRISTAL DIKROMAT(VI)
Kristal
kalium dikromat dapat dibuat dengan mengkombinasikan reaksi yang akan kita
lihat pada halaman ini.
Berawal dari
sumber ion kromium(III) seperti larutan kromium klorida:
Kamu
tambahkan larutan kalium hidroksida untuk menghasilkan endapan hijau-biru dan
kemudian larutan hijau tua yang mengandung ion [Cr(OH)6]3-
Hal ini akan dijelaskan dengan lebih mendalam pada halaman berikutnya. Harap
diperhatikan bahwa kamu harus menggunakan kalium hidroksida. Jika kamu
menggunakan natrium hidroksida, maka akan berakhir dengan pembentukan natrium
dikromat(VI).Sekarang kamu oksidasi
larutan ini
dengan cara memanaskannya dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida.
Larutan berubah menjadi kuning menunjukkan pembentukan kalium kromat(VI).
Reaksi ini juga dijelaskan secara lebih mendalam pada halaman berikutnya.
Semua yang
berada pada bagian sebelah kiri mengubah larutan kalium kromat(VI) berwarna
kuning menjadi larutan kalium dikromat(VI) yang berwarna jingga. Kamu dapat
mengingatnya bahwa hal ini terjadi dengan penambahan asam. Sayangnya terdapat
sebuah masalah. Kalium dikromat akan bereaksi dengan kelebihan hidrogen
peroksida kemudian selanjutnya memberikan prakarsa pada pembentukan larutan
biru tua yang tidak stabil dan sejak itu terbentuk ion kromium(III) lagi! Untuk
memecahkan masalah ini, kamu terlebih dahulu harus menghilangkan kelebihan
hidrogen peroksida.
Hal ini
dapat dilakukan dengan mendidihkan larutan. Hidrogen peroksida terdekomposisi
pada pemanasan dengan menghasilkan air dan oksigen. Larutan dididihkan sampai
tidak terbentuk lagi gelembung gas oksigen yang dihasilkan. Larutan dipanaskan
lebih lanjut untuk memekatkannya, dan kemudian asam etanoat pekat ditambahkan
untuk mengasamkannya. Kristal kalium dikromat yang berwarna jingga terbentuk
melalui proses pendinginan.
PENGGUNAAN
KALIUM DIKROMAT(VI)
sebagai agen pengoksidasi pada kimia
organik
Larutan
Kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer biasa digunakan
sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik. Hal ini beralasan karena larutan kalium
dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer merupakan agen
pengoksidasi yang kuat disamping memiliki kekuatan yang mampu menjadikan
senyawa organik menjadi terpotong-potong! (larutan kalium manganat(VII) juga
memberikan kecenderungan yang sama).
Larutan
Kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer digunakan untuk:
·
Mengoksidasi
alkohol sekunder menjadi keton;
·
Mengoksidasi
alkohol primer menjadi aldehid;
·
Mengoksidasi
alkohol primer menjadi asam karboksilat;
Sebagai
contoh, dengan etanol (alkohol primer), kamu dapat memperoleh salah satu antara
etanal (aldehid) atau asam etanoat (asam karboksilat) tergantung pada
kondisinya.
·
Jika
kelebihan alkohol, dan kamu mendestilasi aldehid yang terbentuk, kamu akan
memperoleh etanal sebagai produk utama.
·
Jika
kelebihan agen pengoksidasi, dan kamu tidak membiarkan bagi produk untuk
keluar, sebagai contoh, dengan pemanasan campuran dibawah refluk (pemanasan
labu dengan menempatkan kondensor secara vertikal pada leher labu) – kamu akan
memperoleh asam etanoat.
Penggunaan reaksi yang sama untuk
membuat kristal krom alum
Kamu dapat
menemukan krom alum dalam berbagai nama yang berbeda
·
Krom alum
·
Kalium
krom(III) sulfat
·
Krom(III)
kalium sulfat
·
Krom(III)
kalium sulfat-12-air
·
Krom(III)
kalium sulfat dodekahidratchrome alum dan beragai variasi yang lain!
Kamu juga
akan menemukan berbagai variasi rumus kimia krom alum. Sebagai contoh:
·
CrK(SO4)2,12H2O
·
Cr2(SO4)3,K2SO4,24H2O
·
K2SO4,Cr2(SO4)3,24H2O
Rumus yang
pertama hanya salah satu bentuk penulisan dan dapat disusun kembali. Secara
pribadi, saya lebih suka yang kedua karena sangat mudah untuk dimengerti
tentang apa yang terjadi.
Krom alum
dikenal dengan double salt
(garam ganda). Jika kamu mencampurkan larutan kalium sulfat dan krom(III)
sulfat yang memiliki konsentrasi molar yang sama, larutan akan dikira hanya
seperti sebuah campuran. Pencampuran ini memberikan reaksi ion krom(III), ion
kalium, dan ion sulfat.
Akan tetapi,
jika kamu mengkristalkannya, untuk memperoleh campuran kristal kalium sulfat
dan krom(III) sulfat, larutan akan mengkristal sebagai kristal yang berwarna
ungu tua. Itulah â€krom alumâ€.
Kristal krom
alum dapat dibuat dengan mereduksi larutan kalium dikromat(VI) yang telah
diasamkan dengan menggunakan etanol, dan kemudian kristalisasi larutan yang
dihasilkan.
Dengan asumsi kamu dapat mengunakan kelebihan etanol, produk organik utama yang akan diperoleh adalah etanal – dan kita perhatikan persamaan di bawah ini:
Dengan asumsi kamu dapat mengunakan kelebihan etanol, produk organik utama yang akan diperoleh adalah etanal – dan kita perhatikan persamaan di bawah ini:
Persamaan
ionik jelas tidak mengandung ion spektator, kalium dan sulfat. Lihat kembali
melalui persamaan lengkap:
Jika kamu
memperhatikan baris paling atas pada sisi kanan persamaan, kamu akan melihat
bahwa krom(III) sulfat dan kalium sulfat diproduksi secara pasti pada proporsi
bagian kanan untuk memperolah double salt.
Apa yang
kamu lakukan, kemudian, adalah: Kamu awali dengan larutan kalium dikromat(VI)
yang telah ditambahkan sedikit asam sulfat pekat. Larutan kemudian didinginkan
dengan meletakkannya dalam es.
Kelebihan etanol ditambahkan secara perlahan sambil diaduk dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Kelebihan etanol ditambahkan secara perlahan sambil diaduk dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Ketika semua
etanol telah ditambahkan, larutan dibiarkan sepanjang malam, lebih baik dalam
lemari pendingin, untuk kristalisasi. Kristal dipisahkan dari larutan sisa,
dicuci dengan sedikit air murni dan kemudian dikeringkan dengan kertas saring.
sebagai agen pengoksidasi dalam titrasi
sebagai agen pengoksidasi dalam titrasi
Kalium
dikromat(VI) seringkali digunakan untuk menentukan konsentrasi ion besi(II)
dalam larutan. Hal ini dilakukan sebagai alternatif penggunaan larutan kalium
permanganat(VII).
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DALAM
PENGGUNAAN KALIUM DIKROMAT(VI).
Keuntungan:
Keuntungan:
ü Kalium dikromat(VI) dapat digunakan
sebagai standar primer. Hal ini berarti bahwa kalium dikromat(VI) dapat
dijadikan sebagai larutan stabil yang konsentrasinya diketahui dengan tepat.
Hal ini tidak terjadi pada kalium permanganat(VII).
ü Kalium dikromat(VI) dapat digunakan
untuk mendeteksi keberadaan ion klorida (selama ion klorida tidak berada pada
konsentrasi yang sangat tinggi).
ü Kalium manganat(VII) mengoksidasi
ion klorida menjadi klorin; kalium dikromat(VI) tidak benar-benar cukup kuat
sebagai agen pengoksidasi. Hal ini berarti bahwa kamu tidak akan mendapatkan
reaksi yang tidak diinginkan dengan larutan kalium dikromat(VI).
Kerugian:
ü Kerugian yang paling utama adalah
pada perubahan warna. Titrasi kalium manganat(VII) menunjukkan dirinya sendiri.
Ketika kamu menyertakan larutan kalium manganat(VII) pada reaksi, larutan
menjadi tidak berwarna.
Jika kamu
menambahkannya terlalu banyak, larutan menjadi merah muda – dan kamu tahu bahwa
kamu telah melewati titik akhir. Sayangnya larutan kalium dikromat(VI) berubah
menjadi hijau pada saat kamu memasukkannya ke dalam reaksi, dan disana tidak
ada jalan yang memungkinkan bagi kamu untuk mendeteksi perubahan warna ketika
kamu menuangkan larutan jingga berlebih pada larutan berwarna hijau yang kuat.
Dengan
larutan kalium dikromat(VI) kamu dapat menggunakan indikator terpisah, dikenal
dengan redox indicator. Warna berubah melalui kehadiran agen pengoksidasi.
Berikut beberapa contoh indikator – seperti difenil sulfonat. Indikator memberikan warna ungu-biru dengan adanya larutan kalium dikromat(VI) yang berlebih. Akan tetapi, warna menjadi lebih sulit diinterpretasikan dengan munculnya warna hijau yang kuat. Titik akhir titrasi kalium dikromat(VI) tidak mudah untuk dilihat seperti titik akhir kalium manganat(VII).
Berikut beberapa contoh indikator – seperti difenil sulfonat. Indikator memberikan warna ungu-biru dengan adanya larutan kalium dikromat(VI) yang berlebih. Akan tetapi, warna menjadi lebih sulit diinterpretasikan dengan munculnya warna hijau yang kuat. Titik akhir titrasi kalium dikromat(VI) tidak mudah untuk dilihat seperti titik akhir kalium manganat(VII).
TES UNTUK
ION KROMAT(VI) DALAM LARUTAN
Secara
khusus, kamu dapat perhatikan pada larutan yang mengandung natrium, kalium atau
amonium kromat(VI). Sebagian besar kromat sangat larut; beberapa diantaranya
dapat kita golongkan tidak larut. Warna larutan kuning terang menunjukkan bahwa
larutan tersebut bermanfaat untuk tes ion kromat.
Tes dengan penambahan asam
Jika kamu
menambahkan beberapa larutan asam sulfat encer pada larutan yang mengandung ion
kromat(VI), perubahan warna berubah menjadi jingga ion dikromat(VI).
Kamu tidak
dapat dapat menggunakan tes ini sebagai tes untuk ion kromat(VI), walau
bagaimanapun. Ini mungkin terjadi bahwa kamu memiliki larutan yang mengandung
indikator asam-basa yang memiliki perubahan warna yang sama!
Tes dengan
penambahan larutan klorida (atau nitrat)
Ion
kromat(VI) dapat memberikan endapan kuning barium kromat(VI).
Tes dengan
penambahan larutan klorida (atau nitrat)
Ion
kromat(VI) dapat memberikan endapan kuning barium kromat(VI).
ada jurnalnya kah bang ?
BalasHapus